Dada Mahesa terasa sesak. Ia ingin muntah. Sepertinya benturan yang terjadi membuat ia pening. Ia masih ingat dengan kejadian tabrakan baru saja tadi. Dan sekarang, tak tertahankan lagi ia ingin muntah.
Tapi betapa terkejutnya ketika Mahesa membuka mata. Ia berada di sebuah ruangan asing. Ia bingung memikirkan dimana sekarang berada. Ia sekarang telah berada di ranjang. Tunggu dulu, pikirnya, apakah aku sedang berada di rumah sakit?
Mahesa membuka mata dengan jelas. Ya, katanya pada dirinya lagi, ia berada di rumah sakit. Ruangan putih ini. Bau obat menusuk hidung. Dan ia melihat dengan jelas infus yang mengalir ke tangannya.
Mahesa bernapas lagi mengendalikan hatinya yang tergoncang. Ia tak percaya bahwa ia sekarang berada di rumah sakit. Entah berapa lama ia terbaring di sini. Dan ketika ia melihat ke bawah ia melihat kedua kakinya diperban!
Mahesa beristighfar dalam hati. Ia ingin menangis melihat kenyataan yang terjadi alih-alih ia tak bisa menahan diri untuk memuntahkan isi perutnya yang bergejolak.
Saat itu seorang suster sedang masuk dan segera menolongnya.
“Syukurlah Anda sudah sadar,” katanya dengan ramah dan tak marah sambil membersihkan isi perut yang mengotori lantai.
Tapi tetap saja Mahesa tak bisa menutupi kegoncangan hatinya.
“Bagaimana keadaan saya suster?”
“Anda baik-baik saja. Untuk lebih jelasnya nanti saja menunggu pemeriksaan dokter.” Continue reading